Followers

Thursday, November 5, 2015

kasih sayang tak dijual beli kenangan lalu abadi ke mati - Sdr. Ismaily Bongsu, Sabah.

Ismaily Bungsu C's photo.
Mengingatkan masa lalu itu kala hidup susah payah bersama adik, ibu kakak dan kedua orang tua kita tentunya rasanya sesuatu yang cukup menjadikan kita hiba dan rawan sekali mendekat bermain di sisi sampai akhir hayat nanti.

kenangan2 itu sering saja menghambat dan terus berada di sekitar kita seperti orang yang lagi terus mengintip kita yang menyebabkan kita merasa perlunya kembali ke zaman dulu yang cukup tenang, aman bahagia sekali meski itu tidak mungkin terjadi kala hidup terus menuju depan sambil sesekali melihat belakang.

Memang begitulah kesannya hidup kita tidak akan kembali ke zaman dulu dan yang pergi tetap pergi, sedang kita harus melewati jalan-jalan yang penuh berliku meski kekadang secara terpaksa dihadapi untuk sampai ke titik hakikat sebenarnya nanti.

semua orang memang melewati keadaan2 yang cukup hiba dan bila semuanya sudah tiada atau ibu ayah sudah lama pergi misalnya, maka barulah biasanya kita menyatakan hakikat yang ibu ayah kita itu memang yang terbaik tiada bandingnya, tetapi saya tidak demikian kala kehilangan keduanya saya merasa kehilangan segalanya. semuanya seolah jauh melayang dan punah jelas sebahagian hidup dirobek luka perit pahit kesannya.

demikian juga kala adik dan abang kita tiada dan ketika itu kita akan terus ingat tentang bagaimana baiknya abang atau kakak kita kala dulu dan segalanya cukup menyentuh hati kita.

Kita sering saja ingat masa kecil bermain di tebasan padi, memancing ikan keruk di pinggir kali dan mencari sayuran di hutan itu tak pernah kikis dari minda dan ingatan, malah terus mekar dan mekar kekal abadi hingga ke mati meski ada luka2 menikam hati kaki.

masih diingat kala ayah menahan bubu di kali tika malam hari dan esoknya dibangkit akan banyak sangat ikan keli, undang, sepat, haruan terperangkap dalam bubu dan kakak siap mengulainya dan kekadang ia masak asam pedas yang cukup menyelerakan kami makan bersama.

masakan ibu dan kakak memang enak dan orang lain tidak bisa tandingi mereka berdua memasak dan tambah enak kala sesudah pulang dari hutan kami dapatkan sayur lemiding, pakis dan kekadang ayah dapatkan umbut rumbia yang kala dimasak gulai bubuh dengan ikan asin santan sedapnya bukan main.

semuanya itu menjadikan kita terus ingat dan ingat dan segalannya kenangan lalu itu rupanya terus mengakrapkan kasih sayang sesama tetapi sayang suasana di musim2 dulu makan di tebasan kala adanya musim berpadi tidak lagi dirasakan enaknya.

yang ada hanya hidup di kota yang kata orang makannya konon lagi enak di hotel lima atau restoran ternama tetapi semuanya tidak seenak masakan kakak dan ibu kita sendiri kala makan sama bersila di sisi ayah ibu dan adek beradek lain. sesuatu yang cukup mengingatkan kita masa2 lalu yang mengundang hiba, rawan sedih dan segalanya.

bagi yang punya ramai keluarga dalam satu famili tentu kurang merasakan itu tetapi bagi yang hanya punya seorang kakak dan seorang adek seperti saya ini tentu itu segalanya terasakan.

memang benar kalangan adek beradek jarang terucapkan lewat mulut soal kasih sayang itu sebab ia hanya tumbuh melalui rasa kekal abadi dan itu sebab bila adek beradek itu menghadapi masalah selalu kita sama seolah ada gunung yang runtuh di pundak dan kita mula rasa tidak menentu dan mengharapkan Allah memberikan laluan yang mudah meski kekadang ada yang terasa titik amarah sebelumnya.

kasih sayang adek beradek itu memang sukar dipisahkan sampai kapanpun sebab kesan hubungan pertalian terdekat itu sendiri menjadi pengikat yang utuh sesama dan memang bagi saya hubungan ikatan terdekat ini mengatasi hubungan lain selain yang saya maksudkan ini.

sesungguhnya hidup ini hanyalah sementara saja dan entah esok lusa kita bakal pergi tanpa meninggalkan apa2 pesan dan kerana itu selalu dipesankan agar semua kita tidak usah melakukan sesuatu yang menyebabkan orang lain benci kita dan mahunya biarlah kematian itu meski tak siapa tahu tetapi orang akan ingat dan mendoakan kita ke syurga meski itu tidaklah kita harapkan sangat.

sebalik yang kita harapkan itu, rupanya ramai kalangan kita kala berkuasa, berpangkat, kaya dan hebat semua menghampir kepada dunia lupa diri dan orang lain yang tidak punya apa2 selalu saja dianggap tiada dan hanya ada bila mereka yang diperkatakan memerlukan sesuatu demi kepentingan diri.

memang begitulah keadaannya dunia ini kala kasih sayang sirna dan yang ada hanya kebencian di merata-rata dan kekadang kala usia sudah ke senja sikap menyesal itu ada tetapi segalanya tidak bermakna kala ramai terluka dan akhirnya hidup menjadi kering dan diam bak dalam udara yang pengap menjadikan nafas sesak dan payah.

sesal itu tidak pernah mendepan tetapi selalunya tertinggal di belakang.

Salam kasih sayang sesama!


ISMAILY BUNGSU
sabah
5/11/2015

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.