Followers

Wednesday, September 17, 2014

Memandang Langit Dikala Malam

memandang langit kala malam

kala malam sambil duduk di halaman, saya melihat langit yang hitam ada kalanya tidak berbintang dan bulan hanya sesekali ada di kejauhan pandang mata dan sesekali jua aku mendengar nyanyian pantai yang terasa geloranya di mana-mana.

memang terasa jauh di depan sesekali samar itu menerjah pandang yang kekadang hanya ada sedikit cahaya singgah untuk sebentar dan kemudian menghilang semula yang aku sendiri tidak mengerti.

di lembah perbukitan menuju ke desa mukim halaman, aku melihat ada beribu malah berjuta anak-anak bakal bertanya hak mereka kala segala yang ada sebenarnya kian hakis terkikis dari pangkuan dan sepanjang perjalanan menuju kota rumah sang menteri mereka berbaris  untuk bertanya hak dan masa depan mereka.

pertanyaan selalu tidak punya jawaban, malah jawaban itu menjadi teka teki dan teki teki itu semula menjadi persoalan yang kekadang jawaban itu sebenarnya merupakan jawaban dan akhirnya pertanyaan dan jawaban terlontar ke gaung puaka.

makanya di sini sambil melihat tiada bulan dan bintang di langit di atas kepala, aku akan akan selalu bertanya dan bertanya meski tiada jawaban, maka jawaban itu sebenarnya jawaban untuk aku terus melangkah dalam malam meski di depan ada api membakar dan duri menikam atau di kiri kanan singa dan buaya tetap kuterjah segala yang siap melanggar gugat, untuk undur tidak sekali meski mati

ISMAILY BUNGSU
Sabah
17 sept, 2014
jam 6:00pm

kala malam sambil duduk di halaman, saya melihat langit yang hitam ada kalanya tidak berbintang dan bulan hanya sesekali ada di kejauhan pandang mata dan sesekali jua aku mendengar nyanyian pantai yang terasa geloranya di mana-mana.

memang terasa jauh di depan sesekali samar itu menerjah pandang yang kekadang hanya ada sedikit cahaya singgah untuk sebentar dan kemudian menghilang semula yang aku sendiri tidak mengerti.

di lembah perbukitan menuju ke desa mukim halaman, aku melihat ada beribu malah berjuta anak-anak bakal bertanya hak mereka kala segala yang ada sebenarnya kian hakis terkikis dari pangkuan dan sepanjang perjalanan menuju kota rumah sang menteri mereka berbaris untuk bertanya hak dan masa depan mereka.

pertanyaan selalu tidak punya jawaban, malah jawaban itu menjadi teka teki dan teki teki itu semula menjadi persoalan yang kekadang jawaban itu sebenarnya merupakan jawaban dan akhirnya pertanyaan dan jawaban terlontar ke gaung puaka.

makanya di sini sambil melihat tiada bulan dan bintang di langit di atas kepala, aku akan akan selalu bertanya dan bertanya meski tiada jawaban, maka jawaban itu sebenarnya jawaban untuk aku terus melangkah dalam malam meski di depan ada api membakar dan duri menikam atau di kiri kanan singa dan buaya tetap kuterjah segala yang siap melanggar gugat, untuk undur tidak sekali meski mati.

ISMAILY BUNGSU
Sabah


17 sept, 2014
jam 6:00pm
 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.