Syukurlah kala kecil saya belajar hidup susah. ke sekolah berjalan kaki dan jual kuih bantu ayah dan ibu. meski dikasih upah/semuanya saya tolak dan serah semuanya sama ibu.
Seperti saya kata dulu kala usia 9 tahun saya bangun subuh dan jual kuih berkaki ayam sebab tak mahu sepatu saya kotor untuk dipakai ke sekolah/kala ketika itu saya hanya punya satu sepatu saja untuk ke sekolah.
jadi susahnya hidup menyebabkan saya cukup mengerti dan kerana itu usaha tidak mengajar anak2 untuk hidup mewah dan harus menghadapi semuanya dalam keadaan sederhana tetapi tidaklah susah sangat.
Tetapi anak-anak sekarang ini ke sekolah siap dihantar ambil naik kereta dan kekadang dibelikan motor dan kereta untuk ke sekolah dan wang lebih dari cukup termasuk ada handphone untuk mudah dihubungi.
demikian anak-anak sekarang
bukan saja kereta dibelikan, malah rumah juga disediakan dan mereka tidak merasa susah senangnya menyewa kamar di kota kinabalu dan ini juga pernah saya rasai dan itu sebab kereta bukan keutamaan buat saya tetapi rumah disediakan untuk anak-anak agar tidak sama seperti ayah/ibu mereka masa susah dulu.
lihatlah sekarang ini keadaannya!
kala usia muda berkerja di kota kinabalu meski gaji sedikit sangat, tetapi masih mampu kasih setiap bulan kepada ayah dan ibu/ini kemestian meski ayah dan ibu tidak pernah meminta.
kemudian kumpul wang saya mampu pula menghantar ayah/ibu ke mekah termasuk kakak dan abang ipar kesan membalas budi ketika sekolah mereka juga pernah kasih wang kepada saya dan itu amat saya ingat sampai sekarang meski hidup mereka tidaklah sesenang mana ketika itu.
semua saya ingat dan saya jenis yang kenang budi dan hingga sekarang saya tidak pernah berkata kasar atau meninggi suara meski kena marah siap diam dan tunduk.
inilah hakikatnya.
saya hanya seorang saja anak lelaki dan saya hanya punya seorang kakak dan adek. tidak lebih/itu saja makna saya hanya punya keluarga yang kecil.
Meski saya bergaji kecil, tetapi mampu juga membiayai adek saya hingga akhirnya belajar di london dan menyambung di universiti tempatan dan tahun depan memperolehi phdnya.
Juga dapat membantu anak kakak yang ketika itu tinggal bersama saya dan rasanya saya tidaklah susah sangat ketika itu.
Anak-anak sekarang beda kelihatanya biasa senang dan ke sekolah siap dihantar ambil dan kemudian disediakan handphone belanja seperti orang berkerja kelihatannya.
Kekadang anak-anak sekarang ini dibelikan motor dan dikasih kereta untuk ke sekolah, malah kala sudah berkerja pun sama dikasih segalanya disamping rumah disediakan yang mereka tidaklah pernah berfikir seperti masa2 dulu ayah dan ibu asyik menyewa kamar dan berpindah-pindah dari satu rumah ke satu rumah naik bas luen thung dan di kamar tinggal dengan teman2 menyewa sama kongsi untuk meringankan beban membayar sewa.
inilah yang dialami.
sekarang ini kita perhatikan anak-anak meski sudah kerja tetapi macam tidak pernah berfikir akan susahnya membesarkan anak-anak dan kekadang ada yang lupa kedua orang tua dan berkata yang bukan2 dan ini banyak sangat saya perhatikan dan suatu waktu pernah saya mendengar seorang anak lelaki memaki ayahnya dan ayahnya diam saja memendam tahan rasa.
ada pula anak yang mahu kebebasan kesan di rumah tidak mahu ditegur dan siap usaha tidak tinggal di rumah dan tinggal bersama teman2 sebab dia sendiri mampu kononnya membayar sewa dan mampu membiayai diri kesan gaji yang mahal dia dapatkan.
biasalah keadaan anak-anak sekarang ini.
bila sudah senang dan berkerja di kota gajinya beribu, punya mobel, kaya raya dan rumah semacam istana sama ayah dan ibu yang tinggal di kampung tidak lagi dia peduli.
ayah ibu asyik menunggu di kampung dan mahukan anak-anak pula bersama isteri dan cucu2nya sekali, tetapi bulan demi bulan tidak juga datang dan ayah ibu cukup kecewa sekali.
kala ada yang bertanya apakah anak2 dan cucu tidak datang, maka jawabannya sang ayah ibu konon anaknya di kota sebuk sangat dan nantinya akan datang juga.
demikian hakikat, lalu ayah ibu siap berkecil hati tetapi tidak pernah pula ia katakan kepada sesiapapun.
anak-anak memang bergaji besar, punya kereta mercedes atau perdana tetapi sama orang tua di kampung apa lagi mahunya datang sedang untuk mengubungi lewat telefon juga dikatakan sebuk memanjang dan ayah ibu diam saja.
anak-anak selama ini tidak pernah bertanya dari mana saja ayah dan ibu mendapat wang belanja untuk membeli beras, ikan, kopi gula dan adalah juga kiriman anak-anak paling RM50 untuk setahun barangkali.
Anak2 juga tidak pernah bertanya soal baju, celana, kain, kupiah dan tuala dan yang ada hanyalah tuala yang sudah lusuh dan baju serta kupiah yang sudah usang dan kekadang berbahu hapak.
demikianlah keadaannya.
kala ayah dan ibu tak punya wang, maka biasanya adalah orang lain yang bersedekah dan kalau tiada beras maka jiran sebelahlah yang siap memberi sedekah atau sesekali menghantar kuih dan makanan serta ikan2 yang jiran sebelah dapatkan di lautan.
tiba2 sang ayah sakit mendadak dan meninggal dan ketika itu sesudah disemadikan seminggu barulah anak2 datang sekadar melihat ibu dan sesudah sebulan dua ibu pula menyusul dan keduanya meninggal sambil dia bawa salam duka itu tak siapa yang tahu.
apa saja yang anak-anak rasakan?
kekadang saya sendiri tidak mampu mengatakan hal ini dan memang keadaan semacam ini banyak sangat berlaku di mana-mana.
bersyukurlah mereka yang masih punya ayah dan ibu dan perlu diketahui ayah ibu itu segalanya buat anak2 meski sebenarnya ayah itu tidak pernah menginginkan gaji anak-anak meski pendapatan lumayan dan yang diharapkan hanya datang dan melihat bukan ayah dan ibu yang melihat anak dan bertanya kabar.
usahalah menilai diri dan mudah2an allah ampunkan kita semua dan hidup diberkati sebab doa dan ayah itu cukup bermakna dan jangan jadi si tenggang yang derhaka siap tak selamat dunia akhirat.
ISMAILY BUNGSU
sabah
6/11/2015
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.