Followers

Wednesday, October 30, 2013

Hubungan marga keturunan Rangkuti dengan Babiat (Harimau)


Pada tahun 1956, disalah satu tempat di Tapanuli Selatan bernama Kampung Barumun atau Sibuhuan, kebetulan pada saat itu H.A.K. Pulungan akan pergi ke satu kampung, bernama Pagaran Dolok, Letaknya dekat Hanopan Barumun harus melalui suatu hutan dimana ditengah hutan ada kebun rambung, kebetulan H.A.K. 
 
Pulungan  dan kawannya berjalan malam dan kebun rambung tersebut terletak antara Lantong dengan Hanopan, Disitulah babiat itu mengamuk karena kena tembak tetapi tidak mati. Sewaktu H.A.K. Pulungan  dan kawannyahendak bearangkat robongan H.A.K. 
 
Pulungan  dan kawan robongan penulis mendengar cerita dari Kapala Kampung Lantong bernama Haris, bahwa tidak mungkin kita ke Pagaran Dolok, sebab babiat kena tembak sedang mengamuk sekarang , demikian Kepala Kampung tadi . H.A.K. 
 
Pulungan  teringat pada petuah tentang harimau itu , maka ditanyakanlah kepada Kepala Kampung, apakah ada ditempat ini bermarga Rangkuti. Kepala kampung menjawab tidak ada, Lantas H.A.K. Pulungan  menanyakan lagi kalau tidak ada marga Rangkuti adakah disini marga Mardia atau Parinduri ? 
 
Kapala Kampung mengatakan ada seorang yang bermarga Parinduri disini tetapi beliau adalah seorang Khalifah, lantas H.A.K. Pulungan  mengatakan kepada Kepala Kampung tadi, supaya kiranya Khalifah tadi diundang dulu kemari, H.A.K. Pulungan  berbicara dengan Beliau. Pendek kata dijemputlah Khalifah itu, setelah beliau berada dihadapan H.A.K. 
 
Pulungan maka dengan segala penghormatan dan dengan tutur kata yang sopan, H.A.K. Pulungan mengharapkan kepada beliau, supaya belau berkenan menyertai robongan H.A.K. Pulungan yang akan pergi ke Pgaran Dolok karena ada Babiat yang sedang mengamuk di Kebun Rambung. 
 
Mendengar tawaran dan permohonan H.A.K. Pulungan itu lantan beliau termenung sejenak, lantas berkata pada H.A.K. 
 
Pulungan katanya..... yang tajamlah pengetahuan bapak dan maksud bapak itu, demikian Khalifah Parinduri tadi itupun tidaklah janggal lagi, “marilah kita sama pergi dan biarlah saya di depan untuk membawakan rombongan bapak”, Kata beliau.Orang kampung Latong cemas melihat perangkatan H.A.K. Pulungan  dan kawannya sambil melongo melihat H.A.K.
 
Pulungan dibarengi dengan pertanyaan didalam hati, “Kenapakah Khalifah itu diminta bapak untuk turut  menyertai robongannya?” demikian terlukis diwajah penduduk Kampung Latong tadi.
 
Setelah sesuatunya siap kamipun berangkatlah, dan Khalifah saleh Parindurilah paling depan, H.A.K. Pulungan  dan kawannya melintasi arena penagmukan Babiat (Harimau) tadi, dan H.A.K. Pulungan  dan kawannya sempat melihat darahnya tercecer di jalan, Mudah-mudahan H.A.K. 
 
Pulungan  dan kawanny berharap selamat dan tidak ada sesuatu mengecewakan, demikian pulang pergi malam itu dari Kampung Latong ke Pagaran Dolok.
 
Mungkin timbul pertanyaan para pembaca, kenapa dengan berkawan marga Parinduri Babiat (Harimau) tidak mengganggu padahala sudah jelas mengamuk karena lukanya. Hal itu nanti akan terlihat dalam penuturan perkembangan marga Rangkuti di Mandailing.

Menurut data –data  pengetahuan Datu, babiat pusaka Raja  Parapat bertempat di kawasan Tor Sigantang dimana Lembahnya di Batangnatal. 

Justeru kemungkinan disebabkan hal demikianlah maka dalam perkembangan Rangkuti di Runding, banyak diantara marga Rangkuti yang pindah dan manombak (Mendirikan) huta di Batang Natal seperti di Pargambiran - Kampung Siala – Raorao - Muara Soma - Bangkelang  - Muara Parlampungan dan lain-lain sebagainya. 

Kalau di Runding pada masa sekarang ini tidak berapa banyak lagi yang keluar dan menombak/mendirikan banua yang baru seperti Hutalobu (Aekmarian), Banjar Batu (Maga), Tarlola Naopat, Potar (Siantona), Purba, Laru dolok, dan sebagainya. 

Dan adapula yang berkembang memakai marga Parinduri seperti di Sayur Maincat dan Mandailing Julu. Umumnya dan marga Mardia di Padang Mardia, namun kesumuanya itu adalalah satu yaitu Turunan Marga Rangkuti

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.